Ragam  

BMKG Ingatkan Parigi Moutong Waspadai Gempa Akibat Aktivitas Sesar Aktif

BMKG Ingatkan Parigi Moutong Waspadai Gempa Akibat Aktivitas Sesar Aktif
Kepala Stasiun Geofisika Palu, Sujabar. (Foto: DENI RINALDI)

JURNAL LENTERA, PARIGI MOUTONG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, untuk mewaspadai potensi gempa bumi akibat aktivitas sesar aktif di wilayah tersebut.

Kabupaten Parigi Moutong diketahui berada sangat dekat dengan jalur Sesar Palu-Koro, salah satu sesar paling aktif di Indonesia.

Kepala Stasiun Geofisika Palu, Sujabar, S.T., M.Si, mengatakan jarak wilayah Parigi Moutong dengan jalur utama Sesar Palu-Koro hanya sekitar 30 kilometer. Meski pusat sesar tidak tepat berada di Kota Parigi, efek guncangan yang ditimbulkan masih berpotensi kuat. Bahkan, potensi lepasannya bisa mencapai magnitudo 6,8.

BACA JUGA: BPBD Parigi Moutong Gandeng Ahli Geofisika dan Arsitektur Bahas Potensi Gempa di Teluk Tomini

“Itu sudah termasuk besar karena jaraknya dekat dengan sesar utama Palu-Koro,” ujar Sujabar saat menghadiri diskusi publik bertema Mengenali Sejarah dan Potensi Ancaman Sesar Lokal di Teluk Tomini yang digelar BPBD Parigi Moutong di salah satu kafe, Selasa, 21 Oktober 2025.

BACA JUGA: BPBD Parigi Moutong Latih Pelajar SMA Hadapi Gempa

Selain Sesar Palu-Koro, terdapat pula beberapa sesar kecil di sekitar Parigi yang berpotensi memicu gempa di atas magnitudo 6,5. Salah satunya, Sesar Tokararu di Kabupaten Poso, yang pernah menyebabkan gempa magnitudo 6 dan getarannya terasa kuat hingga Parigi.

“Kalau magnitudo 6 saja sudah terasa, tentu dampaknya akan lebih signifikan jika sampai 6,8,” katanya.

Selain potensi gempa, Sujabar menyebut kemunculan mata air panas di sejumlah wilayah Parigi Moutong juga menjadi indikasi adanya pergerakan aktif di bawah permukaan bumi.

Namun, ia menegaskan, aktivitas pertambangan di wilayah tersebut tidak berpengaruh langsung terhadap potensi gempa bumi.

“Penambangan itu umumnya di lapisan permukaan, sementara sumber gempa berasal dari kedalaman beberapa kilometer di bawah tanah. Jadi sejauh ini belum terbukti ada kaitannya,” jelasnya.

Ia lantas mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan memahami karakteristik gempa bumi di daerahnya. Kesadaran ini dinilai penting agar masyarakat tidak panik saat terjadi guncangan dan dapat menerapkan langkah mitigasi yang tepat.

“Yang utama itu kesadaran dulu. Kalau masyarakat sadar tinggal di wilayah rawan gempa, mereka akan lebih siap. Pemahaman tentang mitigasi juga penting supaya tahu harus bagaimana saat terjadi gempa atau tsunami,” katanya.

Ia lantas mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) Parigi Moutong untuk memanfaatkan hasil kajian lembaga seperti BMKG, universitas, dan instansi kebencanaan lainnya dalam menyusun tata ruang dan perencanaan pembangunan daerah.

“Rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik sebaiknya dibangun di zona yang lebih aman dari potensi guncangan. Pembangunan berbasis mitigasi bencana harus menjadi bagian dari perencanaan jangka panjang agar risiko kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan,” pungkasnya.

Laporan : Roy Lasakka Mardani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *