JURNAL LENTERA, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjalin kerja sama strategis dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk memperkuat riset dan pengembangan teknologi industri berbasis sumber daya mineral nasional, khususnya silika dan grafit.
Kesepakatan ini menjadi langkah nyata dalam mendukung agenda hilirisasi dan industrialisasi sesuai program Asta Cita Presiden Republik Indonesia.
Penandatanganan Kesepakatan Kerja Sama (KKS) dilakukan antara Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin dengan ITB di Jakarta, beberapa waktu lalu. Acara tersebut turut disaksikan oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T.
BACA JUGA: Kemnaker Buka Program Pemagangan Nasional Batch 2, Targetkan 80 Ribu Peserta
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengkau menyambut baik kolaborasi ini. Menurutnya, kerja sama tersebut merupakan langkah strategis untuk memperkuat daya saing industri dalam negeri melalui riset dan inovasi teknologi.
BACA JUGA: Kemenhub Siagakan 12 Ribu Personel Awasi Angkutan Natal dan Tahun Baru
“Kami berharap melalui kerja sama ini dapat tersusun kajian teknologi yang mendukung program prioritas nasional, khususnya industrialisasi bahan galian nonlogam seperti silika dan grafit,” ujar Agus di Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025.
Dirjen IKFT Kemenperin Taufiek Bawazier, menegaskan industrialisasi bukan hanya soal pengolahan produk, tetapi juga kesiapan teknologi, data, dan landasan ilmiah yang kuat.
“Kerja sama ini penting karena hasil kajiannya akan menjadi dasar penyusunan kebijakan dan memastikan pengembangan teknologi pengolahan mineral sesuai kebutuhan industri dan masyarakat,” katanya.
Ia menambahkan, sejak 2024 pihaknya telah meluncurkan dua program prioritas nasional, yaitu Industrialisasi Silika menjadi Wafer Silikon untuk Kemandirian Industri Photovoltaic dan Semikonduktor, serta Industrialisasi Grafit untuk Mendukung Ekosistem Industri Electric Vehicle (EV) Nasional.
Sebagai tindak lanjut, pada 2025 Kemenperin dan ITB akan melaksanakan dua kajian teknologi spesifik, yakni pengolahan silika menjadi Metallurgical-Grade Silicon dan pemurnian grafit alam serta grafit sintetis disertai analisis keekonomian untuk implementasi industri di Indonesia.
Indonesia disebut memiliki potensi besar dalam sumber daya mineral tersebut. Berdasarkan data Kementerian ESDM, sumber daya mineral silika di Indonesia mencapai 27 miliar ton dengan cadangan sekitar 7 miliar ton. Sementara ketersediaan grafit nasional mencapai 31 juta ton pada 2023.
“Silika menjadi bahan baku industri strategis seperti kaca, ban, semen, dan semikonduktor, sementara grafit digunakan di industri elektronik, otomotif, serta pelumas,” tuturnya.
Sementara itu, Rektor ITB Prof. Tatacipta Dirgantara, menyampaikan kolaborasi ini menjadi wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Kami ingin riset yang dilakukan di kampus dapat langsung berkontribusi pada peningkatan nilai tambah dan kemandirian industri nasional. Kami memberikan apresiasi kepada ITB atas kontribusinya dalam memperkuat fondasi industrialisasi berbasis riset. Kami percaya hasil kajian ini akan menjadi pijakan penting dalam perumusan kebijakan industri yang berkelanjutan dan tepat sasaran,” tandasnya.
Laporan : Mifta’in

 
									








