JURNAL LENTERA, JAKARTA – Pelari Trail asal Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Fauziah berhasil mencapai garis finish, setelah menempuh jarak 107 kilometer dalam waktu 30 jam 18 menit 49 detik, pada kejuaraan Amazean Jungle UTMB, di Distric Batong-Yala Thailand.
Mona, panggilan akrabnya, mulai mengayunkan langkah pertamanya bersama ratusan pelari trail dari berbagai negara di region Asia-Pasific ini, pada Sabtu 4 Mei 2024 pukul 04.00 waktu setempat, dan mencapai garis finish pukul 10.00 waktu setempat, Minggu 5 Mei 2024.
BACA JUGA: PB PASI Kirim 30 Atlet Berlatih ke Jamaika
Dihubungi via telepon pada Senin 6 Mei 2024 di Kuala Lumpur, kepada media ini Mona mengaku selama satu malam di hutan, ia berusaha menghemat tenaga agar bisa mencapai garis finish. Ia berhasil menaklukan tantangan dalam kondisi hutan dengan kerapatan vegetasi yang cukup padat, penerangan seadanya di medan dengan elevasi mencapai 6000 meter.

Meski demikian kata Mona, dalam rute 100 kilo meter tersebut, panitia memfasilitasi para pelari dengan makanan dan minuman yang tersedia di 12 titik water station, lengkap dengan toilet portable. Meskipun tanpa didampingi tim official, Mona berhasil menyelesaikan tantangan tersebut masuk finish pada urutan ke 6.
“Itu rangking sesuai gender ya. Untuk kategori perempuan di usia 40-45 yang saya ikut. Meskipun tidak mendapat free ticket di UTMB World Series di Prancis nanti, tapi lumayanlah, untuk pelari amatir,” kata Mona.
BACA JUGA: Menteri PUPR Berjanji Berikan Dukungan Infrastruktur Latihan Atlet Indonesia
Dengan capaia itu, ia berharap perolehan poin yang ia kumpulkan selama ini di berbagai event di dalam maupun luar negeri yang memenuhi standar International Trail Running Association (ITRA) atau Ultra-Trail du Mont-Blanc (UTMB), termasuk urutan ke 6 di Amazean Jungle Batong by UTMB pekan lalu, bisa meloloskannya dalam UTMB World Series di Prancis pada 26 Agustus-1 September 2024 mendatang.
“Saya dan beberapa teman masih menunggu email. Jadi kita mengajukan rangkin dan poin kita dalam event-event yang kita ikuti sebelumnya, kalau beruntung, ya bisa masuk UTMB World Series itu,” tambahnya.
Mona mengaku, UTMB World Series di Prancis itu adalah impian pribadinya sebagai pelari trail. Event tersebut mempunyai rute melintasi tiga negara. Untuk mencapai itu, ia selalu berlatih dan mengikuti berbagai event di tanah air.

Selepas event di Tahilan, Mona telah teregistrasi sebagai peserta sesuai kategori yang ia pilih di dua event trail run di tanah air, yakni di Bali dan Lombok pada minggu depan dan akhir bulai Mei.
“Bali Minggu depan, dan Rinjani-Lombok tanggal 24 bulan ini. Sayang kalau tidak diikuti. Kita sudah registrasi. Tapi saya akan pertimbangkan lagi, sesuai kondisi fit atau tidaknya saya. Kalau tidak bisa yang 100 Km, mungkin turun ke 75 Km dulu,” jelasnya.

Berlatih dan Mengumpulkan Poin untuk Jadi Pemenang
Sambil menekuni aktifitas trail run dan mengikuti lomba pertamanya di event SSC Sigi pada November 2021, Mona mulai jatuh cinta pada hobinya. Berbagai event di Indonesia telah ia ikuti hingga saat ini. Tak jarang ia berdiri di podium satu, dua dan tiga untuk beberpa kategori putri dan usia, dengan panjang lintasan berbeda-beda.
Pada event Bontang International Ultra Trail 60 Km 19 November 2023 misalnya, Mona berhasil berdiri di podium 2 sesuai rangking gender, dengan total waktu tempuh 11 jam 27 menit 38 detik. Demikian pula pada event Bali Ultra Trail (BUT 25) yang berlangsung pada 19 Agustus 2023, ia juga berhasil berdiri di podium 2, pada jarak 27 Km dengan total waktu 4 Jam 4 menit, 10 detik. Sementara untuk Regional Central Sulawesi Selection-Long Trail pada 4 Februari 2023 lalu, ia berada di peringkat satu untuk lintasan 64 Km, dengan waktu tempuh 12 jam 19 menit 4 detik.

Selama menggeluti hobi berlari melintasi alam bebas tersebut, Mona telah mencatatkan prestasi gemilang paling sedikit di 10 enevt dalam negari, dan satu event Asia-Apsific di Thailan minggu lalu.
Menariknya, hobi yang ia jalani ini dibiayai secara mandiri. Mona bekerja secara freelance untuk pekerjaan-pekerjaan yang sesuai hobinya. Dari hasil kerja yang ia peroleh, ia menabung untuk bisa mengikuti lomba-lomba run trail yang selama ini ia ikuti.
Ingin sekali ia mendapat kesempatan ikut envent berkelas dunia jika ada pihak yang mau mensponsori. Sayangnya, karena olah raga ini masih belum sepopuler olah raga atletik pada umumnya, belum banyak pihak sponsor yang melirik. Kecuali untuk brand-brand produk olah raga tertentu yang memang bersinggungan langsung dengan aktifitas alam bebas.
Namun demikian, Mona berharap jika Trail Run bisa menjadi salah satu cabang olah raga yang dipertandingkan di PON, akan banyak atlit yang mau menggeluti hobi dan olah raga ini.
“Di PON Trail Run masih dalam kelompok cabor eksebisi. Belum dilombakan. Kalau sudah dilombakan, saya pikir olah raga ini akan maju,” kata Mona.
Laporan : M. SAHRIL
Respon (2)