SIGI – Sahabat Jurnal Lentera, tahu tidak membuat bonsai dari buah kelapa, merupakan hobi baru yang kini banyak digandrungi pecinta tanaman hias di Indonesia. Tak terkecuali di Sulawesi Tengah.
Bagaimana tidak, selain karena punya nilai keindahan, hobi ini juga bisa bernilai ekonomi jika diseriusi. Bahkan memperoleh keuntungan cukup besar.
Seperti yang dilakukan Arif, warga Desa Tinggede, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah ini.
Terhitung sudah tiga tahun terakhir ia aktif menggeluti hobi yang bisa dibilang cukup rumit ini. Sebab proses pembuatan dan perawatannya membutuhkan kesabaran dan dan ketelitian dari si pengrajin.
Ia bercerita, ide ini muncul setelah tanpa sengaja melihat vidio pembuatan bonsai kelapa di sosial media. Berbekal informasi tersebut, ia mencoba sendiri proses pembuatan bonsai kelapa ini.
“Kebetulan saat itu musim bunga, jadi setelah saya liat di Youtube, saya jadi tertarik dan melihat cara pembuatannya,” ujar Arif saat ditemui di kediamannya, Jalan Lasaganti, Desa Tinggede.
Awalnya, bonsai buatan Arif kerap tak berhasil. Bonsai miliknya banyak yang mati. Sempat terbenak di pikiran untuk berhenti. Namu karena rasa penasaran ia merasa tertantang untuk membuat bonsai kelapa miliknya tetap hitup.
“Pernah suatu ketika karena belum memahami cara merawatnya, daun saya tebas untuk mendapatkan daun baru, namun mati, ternyata setelah saya bertanya ke komunitas Bonsai Kelapa Indonesia, rupanya tidak bisa kena air,” jelasnya.
Dengan semangat yang gigih, akhirnya usahanya tidak sia-sia. Bonsai kelapa miliknya berhasil bertahan dan tumbuh sesuai harapan.
Bukan hanya dijadikan hobi saja, rupanya Bonsai kelapa ini punya nilai ekonomi yang cukup tinggi. Bagaimana tidak, Untuk satu bonsai saja, Arif menjualnya dengan harga mlai dari Rp.200 ribu samoai Rp1 juta tergantung umur bonsai.
“Sekarang sudah lebih dari 10 bonsai yang terjual, dengan varian harga, cuman memang kalau orang yang baru pasti kalau dengar harganya pasti kaget,” ujarnya sumringah.
Sempat semangat arif jatuh akibat bencana gempa bumi yang melanda Palu, Sigi, Donggala dan Parimo akhir 2018 lalu. Lebih dari satu tahun ia tidak lagi menggeluti hobinya itu karena wilayah terdampak kesulitan air pada saat itu, bonsai miliknya sebagian tak mampu betahan.
Namun semangatnya kebali setelah bertemu warga Kota Palu yang punya hobi yang sama lewat grup Komunitas Bonsai Kelapa Indonesia.
Selang beberapa tahun kemudian akhirnya hobi bonsai kelapa ini mulai disukai oleh warga hingga terbentuklah Komunitas Kaluku Kodi Nagaya (Kakona) Bonsai Kelapa Indonesia Korwil Sulteng.
Terbentuknya komunitas tersebut menurut Arif sangat membantu karena selain bisa bertukar pengalaman juga membuka jalan pemasaran.
“Ide-ide kreatif teman-teman di komunitas tidak usah ditanya, jadi saya banyak belajar juga dengan mereka,” ungkapnya.
Arif pun menjelaskan cara membuat bonsai kelapa. Untuk mencari bahan baku alias bibit, ia tidak kesulitan karena untuk Sulteng sendiri apalagi di Kabupaten Sigi merupakan daerah penghasil kelapa.
Bisa memilih bibit kelapa unggul agar hasilnya sempurn sesuai harapan, baik yang baru bertunas atau kelapa yang sudah memiliki daun dengan tinggi sejengkal.
Pilih bibit bonsai yang sudah agak tua karena akan lebih cepat untuk tumbuh tunas baru.
Untuk ukurannya sendiri, ambil bibit yang ukurannya tidak terlalu besar atau kecil dengan akar yang besar dan kuat.
Bibit dengan ukuran batok yang kecil akan memudahkan ketika membentuk batang nantinya.
Adapun ketika kelapa harus dibersihkan dari kulitnya, lakukan dengan cara menyayat, dan proses ini perlu kehati-hatian karena rawan menyentuh tunas dan akar yang baru tumbuh.
Bersihkan bulu halus atau sabut yang masih tersisa pada batok kelapa, jika ingin tampilan tampilan lebih bagus bisa mengahaluskannya dengan menggunakan amplas.
Selanjutnya persiapkan media tanam, bisa menggunakan sabut kelapa atau pot yang disesuaikan dengan ukuran batok. Masukan campuran tanah pasir, air, dan pupuk kandang bila perlu.
“Hanya perlu diigat tunas tidak boleh goyang dari batok, begitupun akar tidak boleh ada yang luka karena akan memengaruhi pertumbuhan atau bahkan bisa mati,” kata Arif mengingatkan.
Adapun jika ingin memotong akarnya, kata Arif, harus ditutup dengan media tanah bercampur pasir. Sebab untuk membuat bonsai kelapa menggunakan dua media yaitu tanah atau air.
“Jadi kalau akarnya ini utuh tak terpotong, menggunakan air tidak masalah, berbeda jika akarnya terpotong, akan mati jika terkena air, makanya hanya bisa menggunakan media tanah,” jelasnya.
Setelah tumbuh daun dengan tinggi sejengkal, cukup sirami tanaman bonsai kelapa milikmu sehari sekali yaitu, saat pagi atau sore hari.
Namun Arif mengingatkan agar pengrajin harus membersihkan batang minimal sekali seminggu ahar keras dan berubah menjadi pohon nantinya. (**)
Laporan : Faiz Sengka