Ragam  

BRIN dan UNESCO Libatkan Rachmat Syah Tawainella dalam Workshop Literasi Kebencanaan di Parigi Moutong

BRIN dan UNESCO Libatkan Rachmat Syah Tawainella dalam Workshop Literasi Kebencanaan di Parigi Moutong
Anggota DPRD Sulteng, Rachmat Syah Tawainella, saat menerima piagam sertifikat penghargaan yang diserahkan Ketua tim Komite Nasional Indonesia untuk Program MOST UNESCO, Dr. Fahriati, dalam kegiatan literasi kebencanaan inklusif di aula Kantor Bappelitbangda Parigi Moutong, Sabtu, 26 April 2026. (Foto: ROY LASAKKA/JURNALLENTERA.com)

JURNAL LENTERA, PARIGI MOUTONG – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) melibatkan anggota Komisi II DPRD Sulawesi Tengah (Sulteng), Rachmat Syah Tawainella, S.H. MM., dalam kegiatan workshop literasi kebencanaan yang digelar sehari di aula Kantor Bappelitbangda Kabupaten Parigi Moutong, Sabtu, 26 April 2025.

Kegiatan yang dihadiri Kepala Bappelitbangda Parigi Moutong, Irwan, SKM., M.Kes., juga turut melibatkan Universitas Budi Luhur Jakarta. Selain dari BRIN dan UNESCO, workshop literasi kebencanaan ini menghadirkan Mohamad Isnaeni, S.IP., sebagai narasumber.

Ketua tim Komite Nasional Indonesia untuk Program MOST UNESCO, Dr. Fahriati, mengatakan kegiatan ini merupakan respon pihaknya terhadap apa yang menjadi kebutuhan bangsa.

Ia berharap, setidaknya kegiatan ini bisa memberikan kemaslahatan hidup bagi masyarakat di Sulawesi Tengah, khususnya Kabupaten Parigi Moutong dalam mengurangi risiko kebencanaan.

BACA JUGA: Rachmat Syah Tawainella Soroti Penanganan Tambang Ilegal di Parigi Moutong

“Kemudian, bisa memanfaatkan kebudayaan melalui pengetahuan lokal secara inklusif. Hal itu tidak lepas dari persoalan kebencanaan disekitar kita dan solusi-solusinya,” ujarnya.

BACA JUGA: Gubernur Sulteng Berjanji Akan Bahas Solusi Jangka Panjang Penanganan Banjir di Donggala

Ia menjelaskan, inklusif adalah perihal yang menyangkut kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas. Sehingga, melalui kegiatan ini akan diberikan pengetahuan dan mengajak untuk pentingnya pemahaman sadar akan lingkungan maupun pengetahuan lokal dari berbagai ragam.

Anggota DPRD Sulteng, Rachmat Syah Tawainella, saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan workshop literasi kebencanaan yang digelar atas kerja sama BRIN dan UNESCO di aula Kantor Bappelitbangda Parigi Moutong, Sabtu, 26 April 2026. (Foto: ROY LASAKKA/JURNALLENTERA.com)

“Kami juga berharap, kegiatan ini tidak hanya sebatas seremoni. Namun, dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi kelompok rentan lainnya dan lingkungan sekitar kita,” katanya.

Anggota Komisi II DPRD Sulteng, Rachmat Syah Tawainella, mengatakan daerah ini merupakan salah wilayah di Indonesia yang rentan terhadap bencana. Hal itu dapat dilihat dari bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang terjadi pada 2018.

Parigi Moutong, kata dia, merupakan salah satu daerah terbesar di Sulawesi Tengah. Bahkan, Parigi Moutong juga menjadi salah satu daerah yang masyarakatnya banyak terdampak bencana.

“Parigi Moutong juga termasuk daerah yang rawan bencana. Bahkan beberapa desa kerap terjadi bencana banjir musiman hingga longsor. Di antaranya kelompok rentan yang sering kali menghadapi tantangan ganda. Salah satunya keterbatasan mobilitafasi maupun informasi hingga fasilitas keselamatan,” ungkapnya.

Menurutnya, pengurangan risiko bencana tidak bisa hanya dengan mengandalkan aspek teknis dan struktural saja. Namun, membutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh. Salah satunya, melalui penguatan literasi kebencanaan yang inklusif dan berbasis pengetahuan lokal.

“Literasi kebencanaan adalah fondasi dari budaya sadar bencana masyarakat. Sehingga literasi kebencanaan tidak boleh eksklusif, tetapi harus inklusif. Artinya, pengetahuan kebencanaan harus menyentuh,” ujarnya.

Laporan : Roy Lasakka Mardani

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *