JURNAL LENTERA, PARIGI – Kabupaten Parigi Moutong, khususnya Kecamatan Parigi, terkenal dengan tanahnya yang subur dengan curah hujan sedang dan sinar matahari yang baik untuk tumbuh kembang tanaman buah. Sejak dulu, Parigi dikenal dengan durian lokalnya yang rasanya manis, legit dan daging yang tebal.
Demikian pula dengan tanaman padi dan kakao. Di Kampal, di era 70-80an, ada varietas beras lokal yang terkenal dengan sebutan Beras Cahaya. Menurut pemuka masyarakat di Kelurahan Kampal, beras tersebut paling diminati masyarakat, sampai akhirnya nama tersebut diabadikan menjadi klub bola Cahaya Kampal yang berbasis di Parigi. Sementara kakao, menjadi tanaman andalan masyarakat pada era 80an hingga 2000an awal yang menjadi tumpuan ekonomi nomor dua setelah padi.
BACA JUGA: Harga Rempah Mulai Melesat Naik Jelang Lebaran Idul Adha
Dalam perkembangannya, durian, padi, kakao dan sejumlah tanaman yang menjadi ikon dari ibukota Kabupaten Parigi Moutong ini, satu per satu mengalami degradasi. Perkembangan zaman selalu menuntut perubahan. Dan mempertahankan suatu tradisi adalah tantangan tersendiri dalam sebuah peradaban.
Sekalipun sejumlah tanaman tadi mengalami penurunan dan bahkan tenggelam dalam dunia pertanian di Parigi, namun daerah ini punya modal dasar yang potensial, tanah yang subur dengan iklim yang cocok untuk budidaya tumbuhan.
BACA JUGA: Sidak Tera Ulang Alat Ukur Disperindag Parigi Moutong Difokuskan di Pasar Sentral Parigi
Mengetahui potensi tanah dan iklim tersebut, seorang pegawai Kemenag Parigi Moutong di Parigi mencoba budidayakan buah anggur dengan bermodalkan pengetahuan seadanya dan saran dari seorang teman.
Adalah Ibu Huzaimah, perempuan kelahiran Kampal yang mencoba menekuni ilmu pertanian secara autodidak karena terdorong oleh hobi berkebun. Kepada media ini, Huzaima mengaku usaha tersebut ia rintis belum lama ini. Ia memastikan, bulan Oktober 2022 adalah pertama kali ia menanam bibit dan menata areal kebun.
“Awalnya saya iseng, terus diberi saran teman, dan akhirnya saya pun mulai mencoba menanam buah anggur,”ujar Huzaima pada media ini di kebun anggurnya di Jl Irigasi Kelurahan Kampal Kecamatan Parigi, Jum’at 10 Mei 2024.
Huzaimah Mengaku percobaan pertamanya diawali dengan memasang bambu sebagai media rambat untuk tumbuhan anggur. Setelah enam bulan kemudian, anggur yang ia taman mulai berbunga dan akhirnya berbuah. Sayangnya, hasilnya tidak sesuai harapan.
“Buahnya kerdil, busuk karena dimakan burung,”ucapnya.
Respon (1)