Warga Diminta Waspada, Debit Lahar Dingin Semeru Meningkat

Ilustrasi

JURNAL LENTERA – Debit banjir lahar dingin Gunung Semeru yang mengalir di sejumlah daerah aliran sungai (DAS) mengalami peningkatan. Itu terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin siang hingga sore 17 Januari 2022.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang menyatakan banjir lahar dingin Gunung Semeru masih melewati jalurnya dan belum meluap ke jalan dan permukiman. Namun, masyarakat diimbau untuk waspada.

“Kami mengimbau masyarakat yang berada di bantaran sungai yang berhulu dari Gunung Semeru meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan, sehingga lebih baik menjauh dari bantaran sungai,” ucap Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Lumajang, Joko Sambang.

Dia menjelaskan bahwa petugas dan relawan memantau aliran banjir lahar dingin Gunung Semeru secara berkala karena dikhawatirkan meluap ke permukiman warga.

“Debit banjir lahar dingin cukup deras di Besuk Lengkong di Dusun Curahkobokan, sehingga warga yang berada di hilir diminta selalu siaga dan waspada terhadap ancaman banjir tersebut,” katanya.

Berdasarkan data PPGA Semeru di Gunung Sawur periode Senin pukul 12.00 – 18.00 WIB, terlihat asap kawah warna putih tebal dengan ketinggian 300 meter di puncak Gunung Semeru.

Mengenai aktivitas kegempaan, tercatat letusan sebanyak lima kali, embusan sebanyak empat kali, dan getaran banjir terekam satu kali dengan amplitudo 35 mm selama 2.520 detik.

Sejauh ini Gunung Semeru masih berstatus level III atau siaga. Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat letusan).

Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Masyarakat pun diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar) dan mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Artikel ini tayang pertama kali di CNN Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *