Profil Rukmini Paata Toheke, Peraih Anugrah Kalpataru 2024 dari Ngata Toro

Rukmini Paata Toheke. Foto: Sarjan Lalay.

Peraturan Gubernur Nomor 42 Tahun 2013 tentang Pedoman Peradilan Adat Sulteng telah mengakui dan menghormati fungsi perempuan adat dalam lembaga adat.

Penghargaan

Selain bicara di level daerah, perjuangan Rukmini juga meluas hingga ke forum global. Ia pernah pidato di Forum Permanen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Masyarakat Adat atau UNPFII, di Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (UNFCCC), dan juga di Konvensi Keanekaragaman Hayati PBB (CBD). Berbagai forum di tingkat regional Asia juga menjadi ajang bagi Rukmini menyuarakan hak-hak dan kearifan lokal Masyarakat adat. Pada tahun 2012, ia terpilih sebagai Dewan Nasional Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) untuk periode 2012-2017.

Atas berbagai prestasinya, Ibu Rukmini masuk dalam 100 Most Influental Youth, Women, dan Netizen 2011, dari Masketeers. Kemudian meraih Indonesia Berprestasi Award 2011 dari PT XL Axiata Tbk (XL) untuk kategori Seni dan Budaya. Ia juga mendapat Indihome Women Awards 2014 untuk kategori Pelestari Alam dan Adat.

Mendirikan Sekolah dan Menulis Buku

Selain melakukan kerja-kerja advokasi, Rukmini juga membuat Sekolah Aman dan Sekolah Ada,t yang berfungsi sebagai tempat mengajarkan bahasa daerah, pembuatan kerajinan tradisional, hukum adat, tradisi budaya, dan kearifan lokal.

Semua itu ia lakukan supaya anak muda bisa dan pandai dalam pengelolaan sumber daya alam untuk menjaga keseimbangan ekologi. Dari karya dan dedikasi Rukmini, tak ada lagi dalih yang mengatakan bahwa perempuan adat di Ngata Toro, tak punya hak atas tanah atau wilayah kelola perempuan.

Ia mnegaskan, dengan dikembalikannya peran perempuan Toro, maka hal itu akan berdampak baik terhadap pengelolaan sumber daya alam di Toro. Apalagi, Desa Toro adalah salah satu desa yang berada di sebuah hamparan lembah yang dikelilingi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) dengan pegunungan serta dua barisan buki. Katanya, lingkungan dan hutan yang ada di sekitar akan terjaga dengan, karena perempuan Toro merupakan penjaga hutan abadi.

“Salah satu peran perempuan Toro adalah penjaga hutan abadi. Apalagi, kampung kita ini dikelilingi Taman Nasional atau kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Sehingga, kita dari perempuan Toro harus patut menjaganya,” kata Rukmini, speerti dituliskan Sarjan di laman benua.id.

Selain mendirikan sekolah, Rukmini sempat menulis buku berjudul “Perempuan dan konservasi Perempuan dan konservasi: revitalisasi kultural peran perempuan dalam pengelolaan sumberdaya alam di komunitas”.

Gerakannya saat Gempa 28 September 2018

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *