JURNAL LENTERA – Menikmati olahan air nira pohon aren, kini bisa dalam bentuk lain. Warga Dolago yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Harmonis Dolago binaan UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Dolago Tanggunung, menawarkan produk Guren.
Guren merupakan label produk, yang saat ini tengah mencari pasar yang tepat untuk keberlangsungan usaha KTH Harmonis. Guren atau Gula Aren yang diproduksi di KTH Harmonis ini mempunyai rasa khas dengan dua pilihan.
Bentuknya serupa gula pasir. Teksturnya halus dan rasanya nikmat. Ada pilihan rasa original dan rasa pedas jahe.
Usaha yang dirintis Samuel dan kawan-kawannya ini, sudah dikemas rapi dan siap dinikmati dalam bentuk minuman hangat ataupun dingin. Coba anda bayangkan, kesegaran gula aren dingin yang menyisakan rasa pedas jahe di ujung lida saat dahaga di siang hari.
Atau saat dingin malam ditemani secangkir minuman Guren sembari bersendagurau bersama teman atau keluarga. Sudah pasti suasana akan menjadi lebih hangat dalam canda tawa selepas bekerja seharian.
Setidaknya itulah harapan Samuel dan warga Desa Dolago, yang saat ini merintis usaha dengan bantuan KPH. Pohon aren di kebun-kebun mereka di pinggiran hutan, bisa memberi nilai tambah untuk kelangsungan kehidupan keluarga dan masa depan anak-anak mereka.
“Sekitar 2019 awalnya. KPH datang dengan programnya. Kami diajak berembuk untuk memikirkan potensi desa kami. Dan muncullah ide untuk membuat Guren,” kata Samuel.
Sebelum adanya program Forest Investmen Program (FIP) II dari KPH, Samuel dan warga sekitar memang sudah menekuni usaha pembuatan gula aren. Tapi masih dalam bentuk konvensional, berupa gula batok. Dari usaha berfikir bersama dan inovatif, mereka mencoba menemukan bentuk lain dari gula aren.
“Pembuatannya bisa dalam dua cara. Dari gula batok dan dari air nira. Dua-duanya bisa. Cuman waktu pengerjaannya saja berbeda,” kata Samuel didampingi rekan sekelompoknya, Marten.
Marten mengaku sudah menggeluti usaha gula batok sejak 1982. Saat ditemui di kediamannya, ia sementara menyiapkan pesanan Guren dari keluarganya yang ada di Kota Gorontalo.
“Ini kita coba-coba dulu. Kebetulan ada keluarga di Gorontalo yang mau bantu pemasaran. Di Parigi juga sudah ada. Di Dekranasda. Cuman kan kita butuh perluasan pasar. Kita butuh dikenal orang banyak ke sampai ke daerah tetangga,” jelas Marten.
Semebari terus berproduksi, Samuel dan Marten tetap menjaga kebersamaan kelompknya supaya tetap dalam satu tujuan usaha. Ada harapan yang hendak digapai, Guren mereka bisa dinikmati hingga luar Sulawesi dan bahkan manca Negara.
BERITA TERKAIT: Dodol Biji Durian, Inovasi KTH dari Ulobaru
Laporan: M. Sahril
Respon (2)