Nasehat Ayahnya saat Maju Pileg
Tak cukup berkarir sebagai pengusaha, Ahmad Ali merintis jalan politik pada pertengahan tahun 2000an. Sekalipun sebenarnya, Ayahnya, Haji Sun, sempat memperingatkan dia atas langkahnya itu.
Ia awalnya bergabung bersama Partai Golkar menjadi anggota Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu). Sayangnya ia tak lama bertahan di partai Golkar. Hanya satu tahun, dari 2005 hingga 2006. Informasi yang beredar, Ahmad Ali keluar dari partai berlambang beringin tersebut lantaran tidak bisa mengimbangi irama politik yang terkesan cenderung berpandangan primordial.
Keluar dari Golkar, Ahmad Ali ikut kontestasi Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Moroawali melalui gerbong Partai Patriot, organisasi politik yang kelahirannya banyak mendapat sokongan dari kader-kader Pemuda Pancasila. Ya, memang Ahmad Ali bukan orang baru di organisasi pemuda yang dibentuk rezim Orde Baru tersebut. Ia tercatat sebagai kader.
“Ingat, kamu anak dari orang keturunan, cukuplah jadi pengusaha, tidak usah terjun ke politik,” kenang Ahmad Ali mengutip nasehat Ayahnya ketika mau nyaleg pada 2009, seperti dituliskan Subandi Arya dalam blog Kompasianaya, 24 Juni 2015. Nasihat Ayahnya mungkin benar dengan segala pertimbangan. Tapi fakta politik kita di tanah air, banyak warga keturunan Tionghoa yang sukses menjadi politisi bahkan memimpin daerah.
Tidak puas dengan saran ayahnya, Ahmad Ali meminta nasehat ibunya, Almarhum Haja Sya’diah. “Nasehatnya sederhana, cukup jadilah orang yang berguna bagi orang lain, bila di politik itu kamu bisa berguna bagi orang banyak, lakukanlah” kata Ahmad Ali, menirukan nasihat sang Ibu.
Ahmad Ali sudah cukup dewasa, pengalamannya mumpuni menjadi pebisnis. Pergaulannya luas. Ia mencerna nasihat sang Ibu itu sebagai sinyal restu. Dari situ, ia pun memantapkan langkah politik.
Dengan kerja-kerja yang intens dan rapi, Ahmad Ali berhasil lolos menduduki kursi legislatif, dan menjabat sebagai anggota DPRD Morowali periode 2009-2014. Selama menjabat, banyak yang bilang Ahmad Ali, atau sering dipanggil Ahmad Sun ini, konon tak menerima sepenuhnya gajinya sebagai wakil rakyat. Di tahun pertama dan kedua, ia rutin membagikan uang gajinga sebesar Rp10 Juta kepada para petugas masjid, imam dan pegawe syara. Juga tak lupa untuk pembangunan masjid.
Respon (1)