FSVA: Sulteng Alami Peningkatan Daerah Rawan Pangan

Rapat evaluasi aksi inovasi Tetra-Pandu yang dilaksanakan Bappeda Sulteng di salah satu hotel di Kota Palu, Selasa, 12 November 2024. (Foto: Humas Pemprov Sulteng)

JURNAL LENTERA, PALU – Berdasarkan data Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA), Sulawesi Tengah (Sulteng) sejak dua tahun terakhir mengalami peningkatan daerah rawan pangan di 2021-2022.

Kepala Bidang Ekonomi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulteng, Ahfan, menjelaskan prioritas satu peningkatan daerah rawan pangan di 2022, sebanyak 25 kecamatan dari empat kecamatan yang tercatat di 2021.

Sedangkan prioritas dua kategori rawan meningkat sebanyak 26 kecamatan di 2022, yang sebelumnya hanya 10 kecamatan di 2021. Begitu pula dengan prioritas tiga kategori agak rawan meningkat sebanyak 35 kecamatan di 2022, yang sebelumnya hanya 27 kecamatan di 2021.

Dari hasil analisis, kata dia, penyebab peningkatan daerah rawan pangan disebabkan jumlah produksi pertanian yang menurun akibat perubahan iklim yang tidak menentu. Selain itu, juga dipengaruhi harga pangan naik yang menimbulkan inflasi.

Baca Juga: Momen Silaturahmi Wartawan Terpilih Anggota Legislatif Parigi Moutong dengan Warga

“Yang paling utama, yaitu distribusi pangan yang belum maksimal untuk mencapai daerah-daerah yang membutuhkan pangan seperti pegunungan, kepulauan, lembah, dan wilayah perbatasan,” ujar Ahfan, mewakili Kepala Bappeda Sulteng saat menghadiri rapat evaluasi aksi inovasi terminal dan transportasi pangan terpadu (Tetra-Pandu) di salah satu hotel di Kota Palu, Selasa, 12 November 2024.

Ia menjelaskan, khusus untuk Sulteng memerlukan inovasi dalam rangka intervensi langsung terhadap permasalahan tersebut, dengan menentukan mekanisme sentra (terminal) pangan dan distribusi (transportasi) pangan. Tujuannya, untuk meningkatkan masyarakat dalam hal penyediaan, pemanfaatan, dan keterjangkauan pangan.

Berkaitan dengan lokasi desa pilot project dari pelaksanaan inovasi 2024, kata dia, berada di Kabupaten Poso, Tojo Una-Una (Touna), dan Donggala sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sulteng Nomor 500.6.1/15.1/BAPPEDA-G.ST/2024 tentang penetapan desa percontohan inovasi terminal dan transportasi pangan terpadu.

Baca Juga: Reses di Parigi Moutong, Rachmat Syah Tawainella Fokus Persoalan Masyarakat

Dari hasil evaluasi 2024, pelaksanaan inovasi di 2025, akan disempurnakan dengan mekanisme pelibatan daerah penyangga atau desa penyangga. Sehingga, intervensi penurunan daerah  rawan  pangan yang dilaksanakan dapat lebih dirasakan secara merata oleh masyarakat disekitarnya.

“Adapun desa yang menjadi pilot project pelaksanaan inovasi Tetra-Pandu di 2025, yaitu Desa Ongulara kategori peringkat satu sangat rentan, dengan daerah penyangga Desa Malino di Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala,” katanya.

Kemudian, Desa Bainaa Barat kategori peringkat satu sangat rentan, dengan daerah penyangga Desa Bainaa di Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong. Selanjutnya, Kelurahan Buluri kategori peringkat dua rentan, dengan daerah penyangga Kelurahan Tipo di Kecamatan Ulujadi, Kota Palu.

“Sebanyak 20 instansi yang akan terlibat pada kegiatan inovasi tersebut, termasuk Universitas Tadulako (Untad) dan LSM Mombine Palu dengan Bappeda Sulteng sebagai penginisiator kegiatan inovasi,” ungkapnya.

Ia berharap, inovasi ini akan memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat. Sehingga, target penurunan persentase daerah rawan pangan di Sulteng bisa tercapai.

“Semoga aksi inovasi Tetra-Pandu yang telah dilaksanakan tahun ini dan perencanaan di 2025, semakin baik. Selain itu, perlu didukung dengan kerja sama seluruh tim pelaksana. Baik ditingkat provinsi, kabupaten hingga desa,” katanya.

Laporan : Mizwar

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *