JURNAL LENTERA, PARIGI MOUTONG – Pembukaan gelaran Festival Teluk Tomini (FTT) Kabupaten Parigi Moutong ke-VII, Sulawesi Tengah, di lokasi eks Sail Tomini pantai Kayu Bura Desa Pelawa Baru, Kecamatan Parigi Tengah, dihadiri Staf Khusus Menteri Bidang Akuntabilitas Pengawasan Reformasi dan Birokrasi Drs. Risnanti, mewakili Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jum’at malam, 28 Juni 2024.
Pembukaan gelaran FTT Parigi Moutong ke-VII ini berlangsung meriah. Selain menampilkan tarian Susumi yang terinspirasi dari hewan laut jenis cumi-cumi, pembukaan gelaran FTT Parigi Moutong turut menampilkan para fashion carnaval dan kostum carnaval daur ulang sampah.
BACA JUGA: Promosi Pariwisata dan Peluang UMKM Tiga Event Nasional di Parigi Moutong
Bahkan, dalam gelaran FTT Parigi Moutong ini, juga menampilkan parade busana adat khas Minahasa, Sulawesi Utara.
Risnanti mengaku sangat mengapresiasi gelaran FTT Parigi Moutong, karena telah masuk dalam 110 Karisma Event Nusantara 2024.
“Saya yakin, masuknya FTT Parigi Moutong dalam Karisma Event Nusantara 2024, tidak terlepas dari keunikan konsep dan rangkaian kegiatan yang mengangkat tradisi dan budaya,” ujar Risnanti dalam sambutannya.
Event FTT Parigi Moutong, kata dia, bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana menyikapi masalah serta isu lingkungan, baik secara lokal maupun global.
“Saya berharap, event FTT Parigi Moutong dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan, sosial budaya, dan ekologi bagi masyarakat lokal maupun wisatwan yang berkunjung,” katanya.
Di tempat yang sama, Pj Bupati Richard Arnaldo Djanggola mengatakan, FTT Parigi Moutong kali ini hadir dengan gagasan yang lahir karena sebuah problematic, yang dialami Teluk Tomini saat ini. Misalnya, penebangan hutan dan masalah sampah pelastik rumah tangga serta pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim, polusi air, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Ia menegaskan, FTT Parigi Moutong bukan hanya sebuah event yang bersifat selebrasi atau hiburan. Namun, menjadi event pariwisata berwawasan lingkungan yang kreatif, edukatif, observatif, kolaboratif, dan responsif.
“Tentunya dengan mengedepankan sistem keberlanjutan secara pengelolaan, sosial ekonomi, budaya, dan lingkungan,” ujar Richard.
Laporan : Moh. Reza Fauzi