Pilgub Sulteng 2024, Akademisi; Akankah Merubah ‘Tradisi’ Kepemimpinan Daerah?

Pilgub Sulteng 2024, Akademisi; Akankah Merubah 'Tradisi' Kepemimpinan Daerah?
Dr. Irwan Waris. (Foto: Istimewa)

JURNAL LENTERA, PALU – Sulawesi Tengah, bersamaan dengan 26 provinsi lainnya di tanah air akan melangsungkan pesta demokrasi lima tahunan; Pilkada serentak pada 27 November mendatang. Tentu dengan perhelatan pemilihan kepala daerah tersebut, banyak harapan dari masyarakat agar pemimpin yang terpilih nantinya akan memberi warna baru, memberi perubahan bagi daerahnya.

Khusus Pilgub Sulteng, telah muncul sejumlah nama yang digadang-gadang bertarung pada perhelatan Pilkada mendatang. Sejumlah nama yang muncul di permukaan antara lain; Anwar Hafid-Reny A Lamadjido, Irwan Lapata-Sri Lalusu, dan Ahmad Ali yang belum diketahui pasangannya. Nama lain yang juga muncul di permukaan dan belum dipastikan akan maju sebagai gubernur atau wakil gubernur antara lain: Hidayat Lamakarate, Nilam Sari Lawira, Ma’mun Amin, Hadiyanto Rasyid, Supratman Andi Agtas, Arus Abdul Karim, Kasman Lassa dan Rusdy Mastura.

BACA JUGA: Maju di Pilgub Sulteng 2024, Ini Profil Lengkap Anwar Hafid

Menanggapi kemunculan sejumlah nama tersebut, pengamat politik Universitas Tadulako, Dr. Irwan Waris mengatakan bahwa masyarakat Sulteng punya ciri khusus dalam menentukan pemimpin di level provinsi. Dalam sejarahnya kata Irwan, baru sekali Sulteng dipimpin oleh orang di luar Palu, yakni Ghalib Lasahido (1926–1997). Ghalib diketahui sebagai putra terbaik Kabupaten Tojo Una-una. Beliau lahir di Una-una Kepulauan Togean pada 1926.

“Beliau yang pertama, yang bukan orang dari lembah Palu memimpin Sulteng,” kata Irwan kepada media ini, Rabu 8 Mei 2024.

Di luar Lasahido, gubernur Sulteng hampir semua adalah putra terbaik yang lahir di lembah Palu, seperti H. Abdul Azis Lamadjido, S.H (1986–1996), Bandjela Paliudju (1996-2001 dan 2006-2011), Prof. Aminuddin Ponulele (2001-2006), Longki Djanggola (2011-2021), dan Rusdy Mastura (2022-2024).

BACA JUGA: Tak Maju di Pilkada Parigi Moutong, Rachmat Syah Tawainella: Fokus di DPRD dan Pemenangan Ahmad Ali

Melihat garis sejarah itu, Irwan menilai ada kecenderungan kalau sebagian besar warga Sulteng menginginkan pemimpin berasal dari lembah Palu. “Saya melihat ada anggapan begitu. Bahwa yang memimpin Sulteng itu orang yang datang dari lembah Palu. Kalau wakilnya tidak masalah dari wilayah barat atau timur,” kata Irwan.

Kenapa demikian, kata Irwan masyarakat Sulteng pada umumnya adalah masyarakat yang cinta damai. Mereka lebih mengedepankan ketenangan dalam pemerintahan, sekalipun dalam perkembangan pembangunan tidak banyak menunjukkan dampak signifikan.

Selain itu, pandangan politik sebagian besar masyarakat Sulteng kata Irwan, juga sedikit banyak dipengaruhi oleh garis keturunan. Mereka yang punya garis keturunan kepemimpinan, sebut saja dari keturunan ‘darah biru’, punya peluang besar merebut hati rakyat.

Respon (4)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *