JURNAL LENTERA, PALU – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah (Sulteng) menerima kucuran dana senilai 2,8 juta Dollar dari Results-Based Payment (RBP). RBP merupakan skema insentif di bawah mekanisme Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan/REDD+) yang memberikan pendanaan ke daerah-daerah atas komitmen pengurangan emisi lewat kegiatan konservasi hutan.
Sulteng dengan luas kawasan hutan lebih dari 4,27 juta hektar, terpilih sebagai provinsi kelima di Indonesia yang ‘beruntung’ memperoleh insentif RBP REDD+.
BACA JUGA: Kejati dan BPK RI Sulteng Kolaborasi Ungkap Dugaan Korupsi Lahan Manggrove di Morowali
Menurut Penjabat Sementara (Pjs) Gubernur Sulteng, Novalina mengajak seluruh pihak untuk berkomitmen dan berkosentrasi penuh dalam menyukseskan REDD+.
Bahkan, ia menegaskan kegiatan konservasi hutan sesuai peruntukan bantuan dana tersebut tidak hanya sekedar lip-service atau umbar janji. Namun, harus benar-benar dilaksanakan dengan aksi nyata untuk mengendalikan perubahan iklim. Terutama penurunan emisi gas rumah kaca dan ekonomi hijau untuk pembangunan berkelanjutan.
BACA JUGA: Perguruan Tinggi di Palu Kampanyekan Program Pelestarian Lingkungan
Ia juga mengaku sangat mengapresiasi forum konstruktif, karena melahirkan solusi dan rekomendasi pembangunan lingkungan hidup berkelanjutan.
Ia menilai, dengan langkah menyeimbangkan investasi dan konservasi, masyarakat dapat hidup sejahtera serta alam pun tetap lestari.
“Kita punya potensi dan sumber daya. Tinggal bagaimana kita menjemput insentif dan alternatif-alternatif pembangunan yang ada di luar sana. Itulah yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita,” ujar Novalina, dalam sambutannya saat membuka secara resmi workshop penguatan arsitektur REDD+ di salah satu hotel di Kota Palu, Rabu, 25 September 2024.
Di tempat yang sama, Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Yulia Suryanti, berharap Sulteng dapat berkontribusi signifikan dalam implementasi REDD+ dengan pertimbangan kawasan hutan yang sangat luas.
“Dari identifikasi awal kami, Sulteng sudah punya modalitas dan potensi (menyukseskan) REDD+. Apalagi, tidak sembarang daerah yang terpilih mendapatkan alokasi pendanaan RBP-REDD+ ini,” katanya.
Ia berharap, melalui kegiatan ini dapat tersusun secara kuat arsitektur REDD+. Dengan begitu, dana yang digelontorkan dapat berdampak nyata ke lingkungan dan masyarakat.
“Semoga melalui workshop ini mengawali kerja bersama kita. Tidak hanya hari ini, tapi akan berlanjut,” pungkasnya.
Laporan : Miswar
Respon (2)