Hamzah Tjakunu Sebut Pemda Parimo Perlu Meningkatkan Pemulihan Ekosistem Pesisir

Salah satu anggota LPAP El Capitan Indonesia tengah memetik buah mangrove jenis Rhizophora Apiculata yang kemudian ditanam sebagai upaya pelestarian ekosistem pesisir di lokasi demplot rehabilitasi mangrove di pesisir Kelurahan Maesa, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah. (Foto: JurnalLentera.com/ROY LASAKKA)

JURNAL LENTERA, PARIMO – Aktivis lingkungan Sulawesi Tengah (Sulteng) Hamzah Tjakunu menyebut Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) perlu meningkatkan pemulihan ekosistem pesisir sebagai salah satu daerah dengan garis pantai 472 kilometer yang berada di kawasan Teluk Tomini.

Menurutnya, berkaitan dengan momen Hari Ikan Nasional (Harkannas) ke-9 di Kabupaten Parimo yang akan dirangkaikan dengan beragam kegiatan, termasuk pemecahan rekor MURI dalam penanaman bibit mangrove di 88 titik lokasi secara serentak adalah bagian pencapaian dari seremoni. Namun, yang patut dihargai oleh para pihak, khususnya Pemda Parimo adalah semangat pegiat mangrove yang dikampanyekan melalui Forum Komunikasi Pecinta Alam Pantai Timur (FKPAPT), kelompok peduli mangrove dan para individu pelopor lingkungan di daerah setempat.

Aksi yang dilakukan oleh FKPAPT bersama kelompok peduli mangrove serta para individu pelopor lingkungan selama ini dan di kegiatan Harkannas, kata dia, adalah wujud aksi nyata yang terus melakukan penanaman mangrove di Kabupaten Parimo. Sehingga, ia menilai, Pemda Parimo harus membuat skenario kebijakan daerah kedepannya yang fokus membangun kemitraan program lingkungan sampai pada level kebijakan kelurahan dan desa.

BACA JUGA: Skema Pemda Parimo Demi Pecahkan Rekor Muri Penanaman Mangrove

“Respon Pemda Parimo berkaitan dengan pemulihan ekosistem pesisir khususnya pelestarian mangrove perlu ditingkatkan lagi,” ujar Hamzah Tjakunu, yang akrab disapa Ateng, pada Rabu, 16 November 2022.

BACA JUGA: Eva Bande Soroti Penyusutan Lahan Pertanian Indonesia

Menurutnya, Pemda Parimo harus sejalan, antara pemulihan ekosistem dengan pelestarian.
Selain itu, memperbaiki kondisi sebaran mangrove dan mempertahankan area primer mangrove yang masih tersisa.

Tidak hanya itu, Pemda Parimo juga harus bersikap bijak dan tegas menolak korporasi alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak atau fungsi lainnya yang merusak tatanan ekosistem kelautan di Teluk Tomini.

“Kabupaten Parimo memiliki sejarah bencana Tsunami. Maka menjaga ekosistem mangrove, sama halnya memberikan manfaat ekonomi masyarakat pesisir, biota laut, dan perlindungan terhadap ancaman bencana dimasa akan datang,” kata Ateng, yang merupakan salah satu pendiri Lembaga Pecinta Alam dan Petualangan (LPAP) El Capitan Indonesia.

Namun, Ateng yang sudah malang melintang di dunia lingkungan, khususnya pelestarian mangrove mengaku sangat mengapresiasi aksi penanaman mangrove pada ivent Harkannas di Kabupaten Parimo. Gerakan menanam mangrove di Kabupaten Parimo, tentunya berkaitan langsung menjawab soal isu ekologi di kawasan Teluk Tomini. Ketika terjadi kerusakan masif ekosistem pesisir di sepanjang 472 kilometer bibir pantai, negara hadir dan peduli untuk memperbaikinya.

“Ini tentunya permulaan positif, bagaimana kedepannya Pemda Parimo mengintegrasikan pelestarian lingkungan secara global. Mulai dari hulu sampai hilir, dengan meletakkan hukum dan dasar kebijakan daerah yang pro rakyat dalam pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang arif dan bijaksana,” tandasnya.

Laporan : Roy Lasakka Mardani

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *